Home » » Manusia Harus Segera Bertobat

Manusia Harus Segera Bertobat

Written By Kantor Berita AWDI Pers on Senin, 11 Februari 2013 | 11.05

Manusia jangan hanya berpikir, bahwa berbuat maksiat itu hanya kepada Allah saja. Maksiat itu dapat dilakukan terhadap sesama dan alam. Orang yang membuang sampah sembarangan penyebab salah satu terjadinya banjir, berarti sudah berbuat maksiat pada alam. Menurut surat 30 Ar’Rum ayat 41 berbunyi untuk mencari solusinya, yakni manusia dianjurkan “bertobat” kembali ke jalan yang benar. Tobat itu ada syaratnya, tobat kepada Allah SWT syaratnya mohon ampun, tobat kepada manusia syaratnya minta maaf dan tobat kepada alam syaratntya memperbaiki alam. Kalau alam tidak diperbaiki, maka nasib manusia akan terus dilanda berbagai bencana alam, seperti banjir dan longsor pada musim hujan, serta kekeringan pada musim kemarau. Dari mana upaya perbaikan itu harus dimulai, tentu dari diri individu manusia itu sendiri terlebih dahulu. Sekecil apapun setiap kesalahan atau kebaikan yang dilakukan manusia, turut memberi andil terhadap kerusakan maupun kebaikan terhadap negeri tercinta ini, sebaliknya, sekecil apapun kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, baik terhadap Allah, maupun terhadap sesama manusia dan terhadap alam, ikut memberikan andil menciptkana bala bencana terhadap kehidupan manusia.

Rasulullah Muhammad SAW menyatakan, cinta lingkungan adalah bagian dari hidup beragama. Kesadaran beragama itu bukan sekedar ibadah ritual pribadi seorang manusia kepada Allah saja, tetapi harus ada kesadaran sosial Karena di antara ibdah dan muamalah, antara individu
dan sosial adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Harus dihukum Islam menyatakan hidup
harus selaras dengan alam, banyak ayat Al Qur’an maupun Hadist yang menyatakan tentang lingkungan hidup. Dan Kitab Fiqih yang menjadi penjabaran masalah lingkungan hidup masuk dalam bidang Jinayad (Hukum). Artinya kalau sampai ada seseorang merusak atau menggunduli hutan, orang itu harus diberi sanksi yang tegas dan harus dihukum.

Bagaimana Islam memandang alam? ada dua ajaran dasar yang harus diperhatikan umat Islam.
Dua ajaran dasar itu merupakan dua kutub dimana manusia hidup yang pertama adalah “Rabbul Alamin” Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu adalah “Tuhan Semesta Alam”. Jadi bukanlah Tuhan manusia atau sekelompok manusia. Dari awal manusia yang bersedia mendengarkan ajaran Islam sudah dibuka wawasannya begitu luas, bahwa Allah SWT adalah Tuhan Semesta Alam.
Orang Islam tidak boleh berpikiran picik, karena Allah SWT bukanlah Tuhan Kelompok mereka atau
Tuhan manusia, tapi juga Tuhan seluruh alam beserta isinya. Jadi Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan semesta alam, dan alam beserta semua isinya dihadapan Tuhan dilayani oleh Allah sesuai wujud kodratnya masing-masing. (Disebut kutub pertama). Kutub kedua adalah “Rahmatan  Lil’alamin” artinya manusia diberikan sebagai amanat untuk mewujudkan segala prilakunya
dalam rangka menumbuhkan kasih sayang kepada seluruh alam, yang tidak hanya kepada sesama
manusia, tetapi terhadap alam beserta seluruh isinya. Dalam al qur’an Nul Karim ada ayat yang mengatakan, janganlah merusak ala mini yang sudah ditata sedemikian baik.

Sekarang banyak orang atau pihak yang mengatakan teorinya tentang keseimbangan ”ekosistem”
tapi hanya sebatas teori dan kata-kata saja. Karena kalau berbicara tentang alam, islam sejak awal keberadaannya sudah bicara tentang merawat dan menjaga lingkungan alam agar tidak diperlukan sewenangwenang. Sedangkan teori dunia modern seperti sekarang ini, baru rebut dengan masalah lingkungan alam di penghujung abad ke 20, dan sebelumnya mereka sudah melakukan pengrusakan alam dengan semena-mena. Seorang muslim yang benar-benar meyakini dan memahami Al-Qur’an dan Al-Hadist, dia tidak akan sewenang-wenang terhadap alam. Kalau seorang muslim bisa  memahami Rabbul Alamin dan Rahmatan Lil’alamin dengan baik, sudah pasti dia tidak akan merusak alam lingkungan hidupnya. Dan memang tidak ada sejarahnya umat Islam sejak zaman
nabi Muhammad yang merusak alam. Bahkan dalam pelaksanaan ibdah Haji, seorang muslim yang beriman dilarang mencabut pohon, dan tidak boleh membunuh binatang, dan itu jelas satu
implementasi dari ajaran dari tadi. Ditempat pelaksanaan Haji itu adalah tempat pelatihan diri yang
kemudian untuk dilakukan selamanya dalam kehidupan di tengah masyarakat dan harus dipahami seperti itu. 145 Bencana Hari-hari pada bulan belakang dan bulan ini, sebagian dari rakyat Indonesia,
seperti yang tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), bahkan juga di Karawang Jawa Barat merasakan ujian berat didera bencana alam banjir. Bahkan masyarakat
yang tempat pemukimannya tidak terkena bencana banjir turut merasakan dampak dari bencana alam
banjir tersebut. Seperti terputusnya jaringan telekomunikasi, padamnya aliran listrik, terhentinya suplai air bersih dari PDAM dan terhambatnya berbagai aktifitas sehari-hari karena terganggunya
kelancaran lalu lintas akibat bencana alam banjir.

Sebelumnya rakyat Indonesia di berbagai belahan negeri tercinta ini juga merasakan pedihnya penderitaan didera bencana alam. Seperti gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan Pulau Nias, banjir bandang dan longsor di sungai bahorol Sumatera Utara, gempa bumi dan tsunami yang melanda DI. Yogyakarta dan Pangandaran, bencana semburan lumpur panas Lapindo di Prong Sidoarjo yang sampai saat ini belum bisa diatasi. Dan belum lama ini bencana longsor menimpa
Manggarai di NTB dan disusul bencana alam gempa bumi menimpa Bukit Tinggi, solok dan Batusangkar di Sumatera Barat yang menelan Korban Jiwa dan Harta Benda.
Mengapa alam menjadi tidak ramah lagi kepada umat manusia, ayat Alqur’an Surat Ar’Rum 41
dengan sangat gambling menjelaskan, bahwa semua bencana itu terjadi karena ulah manusia sendiri. Manusia telah berbuat maksiat pada alam.

Dari data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), tercatat sekitar 145 bencana yang terjadi
di Indonesia pada tahun 2006. Namun bencana yang murni disebabkan bencana alam hanya seitar
10 bencana, sedangkan sisanya sebanyak 135 bencana adalah merupakan bencana geologi. Ini artinya
sebanyak 135 bencana disebabkan karena kelalaian dan salah kelola dari manusia sendiri.
Menurut sumber yang layak dipercaya, ada dua bencana alam yang tergolong besar sepanjang tahun
2006, yaitu gempa bumi yang menimpal Di Yogyakarta dan tsunami di Pantai Selatan Pulau Jawa. Sedangkan bencana geologi seperti banjir di Jember, Makassar dan Aceh, banjir lumpur di Porong- Sidoarjo, tanah longsor di berbagai daerah dan Kabut asap akibat kebakaran hutan.
Semuanya berawal dan disebabkan kesalahan dalam mengelola alam.
Pengelolaan sumber daya akan di Indonesia memang belum professional dan carut marut. Lalu deforestasi sangat cepat, orientasinya jual murah cepat habis.

Artinya sumber daya alam di Indonesia diobral murah yang mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Dampaknya kemampuan alam untuk memberikan layanan maksimal terhadap kehidupan manusia terganggu, sehingga menimbulkan bencana geologis. Jika datang musim hujan, maka terjadilah bencana banjir dan longsor, dan di saat datang musim kemarau, maka terjadilah bencana kekeringan yang menyebabkan timbulnya krisis air bersih, dan pertanian yang berakibat
terjadinya gagal panen dan gagal tanam. Ciri orang munafik Dalam Al Qur’an Surat 2 Al Baqareah ayat 205, digambarkan ciri-ciri orang munafik, yaitu dia orang yang suka merusak lingkungan Walaupun orang itu mengaku beriman dan bersumpah bahwa orang itu beriman kepada Allah.

Tapi kalau perilaku kehidupan sehari-hari suka merusak lingkungan alam tempat kehidupannya, itu
adalah ciri-ciri perilaku orang-orang munafik. Ketaatan beriman kepada Allah, dan ketaatan kebaikan
kepada Alam, akan mendatangkan kebaikan pula terhadap kehidupan seterusnya. Kalau alam dijaga secara tertib dan teratur, sampah dibuang pada tempatnya, hutan tidak dirusak dan digunduli, maka
alam pun pasti bersahabat dengan manusia. Sesungguhnya tanda kesempurnaan iman seseorang itu
bisa dilihat, antara lain salah satunya perilaku kehidupan sehari-hari seseorang itu bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, barang siapa yang tidak mementingkan dan tidak peduli serta bersifat masa bodoh terhadap urusan kaum muslimin, maka bukanlah ia dari golongan
mereka. Dan barangsiapa yang siang malam tidak berlaku jujur kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada Kitab-Nya, kepada imannya, dan kepada seluruh kaum muslimin, maka tidaklah ia dari
golongan mereka (HR. Muslim).

Ciri-ciri orang beriman itu antara lain memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kehidupan dan nasib orang lain. Apalagi terhadap sesama kaumnya. Semoga musibah bencana alam yang selama ini datang silih berganti seperti tidak pernah ada hentinya, dapat menyadari manusia kembali bertobat kepada Allah SWT, agar hidup ini selamat di dunia dan sampai akhirat. Mudah-mudahan tulisan ini dapat berguna bagi yang membacanya untuk mengingatkan agar tidak melupakan Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, serta mempertebal Iman dan Kebajikannya terhadap sesama. Amin Ya Robbal Alamin. (Benny Koto/OK Syahyan)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Edited By : Abib Visual
Copyright © 2013. Awdi Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger