Home » , » Tri Widodo Luncurkan Buku “Perubahan Menuju Prestasi”

Tri Widodo Luncurkan Buku “Perubahan Menuju Prestasi”

Written By Kantor Berita AWDI Pers on Minggu, 04 Mei 2014 | 21.41

Juara Pencak Silat Dunia, Tri Widodo Luncurkan Buku “Perubahan Menuju Prestasi”

Jakarta, Awdionline.com
Tri  widodo atlet pencak silat tahun 2001 dari perguruan KPS Nusantara adalah salah satu putra terbaik bangsa yang ikut menharumkan nama baik bangsa Indonesia di cabang Olah Raga Pencak silat Katagori Tanding di kelas B Putra (50-55 kg) peraih medali emas, ingin berbagi pengalaman dan juga mengasih motifas, serta dorongan dediksi dan semangat kepada para generasi  muda yang berminat  di bidang olah raga tradisional pencak silat dan ingin menjadi atlet yang propesional dan berbakat,.
Tri Widodo melihat saat ini sangat perlu adanya dorongan dan sufot kepada generasi muda untuk meraih prestasi dibidang olah raga khusunya olah raga Beladiri Pencak Silat yang mana sudah lama agak merosot dan timbul ide ide bagai mana cara nya supaya pencak silat indonesia kembali harum di mata dunia, berkat masukan dari beberapa nara sumber maka tersusun lah sebuah buku kisah pengalaman hidup seorang Atlet pencak silat yang berjudul” Perubahan Menuju Prestasi.”penerbit papas sinar sinanti dan disusun oleh Ambram E,Siregar, Damar Arum B.
Peluncuran Perdana buku Perubahan Menuju sukses ini  pada hari Saptu 03, Maret 2014 di Hotel Padepokan pencak silat Indonesia Taman Mini Indonesia Indah. Yang di hadiri oleh para undangan dan para nara sumber. Buku ini mengisahkan sosok olahragawan pencak silat Tri Widodo yang telah menunjukan prestasi yang luar biasa, yakni meraih gelar juara dunia pencak silat pada tahun 2000. Jika memperhatikan banyaknya jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan di dunia, maka olahragawan Indonesia yang menyandang gelar juara dunia tidaklah banyak. Kita mengenal Rudi Hartono, Susi Susanti, Christian Hadinata, Alan Budi Kusuma, Ricky Subagja dan Rexy Maniaki, Liliana Natsir dan Tantowi Achmad (cabang bulutangkis), Ilyas Pical dan Chris John (cabang tinju) dan Raeman Lisa Rumbewas, Eko Yuli Irawan, Triyanto (cabang angkat besi).
Meskipun Indonesia tidak banyak memiliki jumlah olahragawan yang bergelar juara dunia, namun tidak berarti kita tidak mampu menciptakan juara-juara dunia baru. Sebab, sebenernya potensi atau bibit-bibit olahragawan Indonesia yang berbakat cukup tersedia. Masalahnya mencetak juara dunia sangatlah kompleks, diperlukan upaya yang luar biasa, mulai dari pencarian bakat, pembinaan atlet, kualitas pelatih, sarana dan prasarana, dana, sampai dengan dukungan masyarakat, bahkan yang besar juga perannya adalah induk-induk organisasi cabang olahraga, dan kebijakan pemerintah di bidang olahraga. Maka jika Indonesia melahirkan putra bangsa terbaiknya menjadi juara dunia berarti telah terjadi proses sinergi yang luar biasa dari berbagai faktor yang dikemukakan terdahulu, sehingga kondusif untuk melahirkan olahragawan yang menyandang gelar juara dunia.
Seorang juara dunia, seperti Tri Widodo paasti luar biasa baik segi fisik maupun mentalnya. Oleh karenanya jika kita ingin mencetak juara dunia, maka sosok Tri Widodo ini harus dianalisis atau dibedah: bagaimana proses sampai menjadi juara dunia, bagaimana segi mentalnya, bagaimana lingkungan keluarganya, siapa yang berperan dalam kehidupan pribadinya maupun dalam prestasi pencak silatnya, dan lain-lain. Penulisan buku biografi oleh dua orang psikologi olahraga – Drs. Amran Effendi Siregar M. Psi. T dan Damar Arum Dwiariana Psi. M. Psi. T – dimaksud untuk mendeskripsikan profil sang juara dunia pencak silat agar dapat dijadikan mpdel atau idolah oleh berbagai karangan yang peduli terharap prestasi olahragawan Indonesia, seperti pembina, pengurus, pelati, atlet, dosen, mahasiswa, orang tua yang bernita putra-putranya berprestasi tinggi, dan lain-lain.
Oleh biografi sang juara dunia Tri Widodo merupakan media berbagi pengalaman berkenaan dengan keberhasilan dan kegagalan, suka dan duka, sifat-sifat, dan sikap serta aspek mental yang perlu dicermati, dipelajari, dan diterapkan pada atlet yang berambisi atau bercita-cita menjadi juara dunia. Inilah alasan utama penulis dan penerbit riwayat hidup Tri Widodo oleh dua orang psikologi olahraga. Harapannya adalah profil Tri Widodo yang sejatinya juara dunia pencak silat dapat dikenal lebih luas oleh olahragawan pencak silat, dan bahkan dijadikan idola oleh para pesilat muda atau pemula yang “bermimpi” menjadi juara dunia.
Saya akan mengawali membedah biografi Widodo dengan menyoroti kehidupan keluarganya. Hal ini didahulukan karena menurut Widodo, keluarganya bukan saja telah menanamkan nila pro sosial yang besar kegunaannya dalam hidup bermasyarakat, melainkan juga beberapa sifat (disiplin, komitmen, kerja keras, dan pantang menyerah) yang secara langsung harus melekat dalam dirinya sebagai atlet pencak silat. Sifat jiwa sosial ditanamkan oleh ibunya, sedangkan silat disiplin, komitmen, kerja keras dan pantang menyerah diperoleh dari ayahnya, seorang militer Angkatan Darat. Penugasan ayahnya bertempur di Timor Timur membuat Widodo bangga dan hormat terhadap ayahnya. Merasa betapa besarnya kontribusi orangtuanya, khususnya sang ayah, dalam pembentukan dirinya sehingga menjadi atlet tingkat dunia, Widodo berupaya keras membalas jasa orangtuanya melalui pencak silat. Pertama, dengan menjadikan pencak silat sebagai wahana membantu kondisi ekkonomi keluarga yang pas-pasan atau terbatas. Lebih-lebih tatkala ayahnya pensiun, dan membutuhkan biaya yang besar untuk pengobatan ayahnya yang mengalami stroke. Kedua, pencak silat juga dijadikan wahana oleh Widodo untuk “membayar hutang” kepada ayahnya. Di mata orang tuanya Widodo telah membuat ayah dan ibunya bahagia dan bangga karena putra mereka adalah juara dunia pencak silat. Maka Widodo mengalungkan mendali emas juara dunia kepada ayahnya yang saat itu menderita stroke yang disambut dengan tetesan air mata bangga oleh ayahnya.
Kisah di atas bisa disoroti dari sudut motivasi yang besar pengaruhnya terhadap capaian prestasi. Widodo berhasil membalikan kondisi ekonomi keluarga yang memperhatikan (dianggap masalah bagi orang kebanyakan) menjadi tantangan. Dengan kata lain, Widodo mempersepsikan problem sebagai challenges, dan oleh karenanya harus dijawab dengan cara pantang menyerah sebelum tantangan itu ditundukkan. Membahagiakan dan membanggakan orang tua juga merupakan motivasi Widodo untuk berlatih dengan keras, sungguh-sungguh dan konsisten serta selalu fokus menghadapi pertandingan karena sasarannya jelas, yakni mendali emas yang akan dipersembahkan kepada orang tuanya. Tidak dipungkuri, kedua kakanya pun memberi andil terhadap prestadi Widodo sampai meraih juara dunia. Widodo yang jarang kumpul dengan keluarga karena mengikuti Pelatda dan Pelatnas jangka panjang merasa tenang berlatih karena kakak-kakaknyalah yang mengurus kedua orangtuanya. Selain ini perlu dikemukakan dukungan yang sangat penting yang membuat Widodo termasuk pesilat elit adalah doa kedua orangtuanya, khususnya doa ibunya. Menurut kakaknya, selama Widodo bertanding baik di dalam maupun di luar negeri, ibunya tidak pernah putus mendoakan Widodo. Dengan demikian, dapat didimpulkan bahwa dukungan lahir batin seluruh anggota keluargasangat menentukan perjalanan meniti karir Widodo dari awal sampai mencapai puncak tertinggi, yakni juara dunia.
Bagaimana peran pelatih dalam proses pembentukan Widodo dalam menjadi juara dunia. Data hubungan Widodo dengan Mas Bondan sebagai pelatihnya tidak banyak atau terbatas. Widodo mengemukakan bahwa Mas Bondan adalah sosok yang berhasil menggantikan peran ayahnya dengan baik. Ini bahwa sang pelatih menamkan sifat kerja keras, disiplin, komitmen, dan pantang menyerah. Selain ini Widodo juga mengemukakan bahwa Mas Bondan berhasil membuat dirinya senantiasa menunjukkan performa terbaik dalam setiap pertandingan. Menurut Widodo kuncinya adalah kepercayaan sang pelatih terhadap dirinyalah yang membuat Widodo percaya diri.
Selanjutnya tidak lengkap kiranya adalah membedah sang juara dunia tanpa mengemukakan berbagai kegagalannya. Widodo pernah drop-out dari SMA, dikeluarkan dari Fakultas Olahraga, IKIP Jakarta karena masalah administrasi, dan tidak terpilih sebagi tim Sea Games tahun 1999. Apa respon Widodo menghadapi berbagai kegagalan ini? Drop-outdari SMA dijawab dengan meninggalkan sementara kegiatan pencak silat dan fokus serta berkomitmen menyelesaikan SMA-nya. Hasilnya Widodo berhasil lulus dari SMA. Apa jawaban Widodo dengan dikeluarkan dari IKIP Jakarta? Jawaban Widodo adalah pindah kuliah ke STIE Perbanas jenjang D3 yang kemudian dilanjutkan ke jenjang S1 di STIE Dwipa Wancana jurusan manajemen. Hasilnya Widodo mampu menyelesaikan studinya dengan baik. Kegagalan tidak terpilih sebagai tim Sea Games 1999 dibayar dengan pembuktian luar biasa, yakni menjadi juara dunia pada tahun 2000.
Dalam istilah psikologi sejumlah kegagalan yang dialami Widodo dan dijawab dengan menunjukan performa yang lebih baik disebut resilensi (resilience). Artinya, dalam menghadapi berbagai tekanan, Widodo tidaklah menjadikan dirinya putus asa, menarik diri dan depresi, tetapi justru dia melinting lebih tiggi atau berprestasi jauh lebih baik.
Bagian menarik dari buku riwayat hidup Widodo yang layak ditonjolkan adalah uraian mengenai sejarah dan perkembangan pencak silat sebagai olahraga bela diri yang asli berasal dari Indonesia (seperti halnya Jepang dengan Judo, Korea dengan taekwondo) yang harus dilestarikan, dan bahkan menurut Widodo suatu saat menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade. Hal ini yang patut diajungi jempol dari buku Widodo adalah dikemukakan tips atau resep menjadi pesilat tangguh: (1) memiliki mimpi, (2) berpegang pada komitmen, (3) manajemen emosi yang baik, (4) menghormati pelatih serta lawan, dan (5) melakukan mental training.Semua tips ini menunjukan bahwa Widodo memiliki semangat berbagi pengalaman, tidak disiplin sendiri, apalagi merahasiakan “ilmu silat” yang mengantarnya menjadi juara dunia. Hidupnya yang didedikasikan untuk pencak silat secara total, kiranya pantas kalau Widodo bukanlah sekedar “pesilat”, melahirkan “pendekar silat”. Artinya, Widodo bukan olahragawan silat yang semata-mata ingin menguasai segala gerakan, pakem, dan aturan main olahraga pencak silat, melainkan lebih dari itu semua, ia ingin menjadikan pencak silat sebagai “ideologi” untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang harus disebarluaskan di bumi Nusantara.
Melalui buku ini semoga lahir pendekar-pendekar pencak silat dan pendekar cabang olahraga lain yang akan mengharumkan nama Indonesia di kancah olahraga dunia. Akhirnya, kepada ketua penulis buku ini – Amran Effendi Siregar dan Damar Arum Dwiariani – saya ucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Kepada para pembaca, khusunya komunitas pencak silat saya juga mengucapkan selamat karena melalui buku ini anda sekalian memperoleh pencerahan mengenai kiat-kiat menyiapkan pesilat berprestasi tinggi, bahkan tidak mustahil juara dunia.

(Jaya Simawang/Moses/Icwan)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Edited By : Abib Visual
Copyright © 2013. Awdi Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger