awdionline.com
Para Politisi,
Pengamat-pengamat Politik tokoh masyarakat dan orang bijak berkata,
kalau bangsa di Negara kita baik Komisi Yudikatif, Eksekutif, Legislatif
sudah tidak bisa steril terkena imbas. Korupsi kolusi nepotisme dan
manipulasi, siapa lagi yang harus dan siap mengontrol Negara ini,
jawabnya salah satunya adalah Wartawan.
Tapi mampukah Wartawan
menjadi singa kebenaran dengan resiko tinggi yang di pertahankan. Atas
pada akhirnya hanya menjadi Tikus Pengerat Amplop di balik ke tidak
berdayaannya. Masyarakat luas kini hanya dapat menikmati berita-berita
dagelan kompromi politik yang tidak berujung dan berkesimpulan yang
banyak beredar di media cetak maupun media elektronik. Banyak Pekerjaan
Rumah Besar Wartawan yang belum terkuak terungkap, sebut saja misalnya
kasus Bank Century, kasus Gayus Tambunan, Nasrudin, Lapindo, Pelanggaran
hakim, Tipikor yang sebagian kasus ini tidak terdengar lagi.
Para
Wartawan dan Insan Pers, yang telah di bekali dengan Undang-undang
tentang Pers No.40 Tahun 1999 tentang kebebasan Pers terkadang di
lapangan menemui kendala dan benturan dengan Undang-Undang Rahasia
Negara. Dengan dasar apa hal ini dan itu terbongkar, di khawatirkan akan
mengganggu Stabilitas nasional, disisi lain wartawan juga sudah
mengantongi KEWI (kode Etik Wartawan Indonesia) No.03/SK/DP/III/2006
tentang Kode Etik Jurnalis. Namun pada kenyataannya hanya beberapa
Wartawan saja yang mampu dan siap serta berani mengungkap kebenaran
berita untuk kepentingan masyarakat, selebihnya hanya manggut-manggut 86
Wartawan yang benar dan benar-benar wartawan adalah Wartawan yang siap
mati dan mau menerima resiko apapun untuk kepentingan public ketika
insan Pers tersebut bertugas mengungkap fakta dan berita apa adanya
tetapi bukan ada apanya. Walaupun resiko besar menghadangnya baik
ancaman Doktrin harus di tembus peluru di hunus sangkur wartawan tidak
mudah luntur dan mundur, dan semuanya menjadi tajam sehingga sang
wartawan Patut mendapat Julukan Wartawan bernyali singa.
Berdasarkan
pengalaman kini banyak sekali orang yang mengaku dan menyandang profesi
Wartawan dengan bermodalkan kartu Pers penerbitan, menulis, membuat
berita pun tidak, sehingga timbulah istilah wartawan Bodrex, yang
berbondong-bondong dateng ke Instansi dengan tujuan amplop upeti dan
lain sebagainya. Nah kalau sudah seperti ini siapa yang harus di
salahkan, organisasi Pers atau organisasi dari pihak penerbitan? Yang
bisa menjawab tentunya para Insan Pers itu sendiri. Tugas-tugas wartawan
di lapangan saat ini begitu berat, keras, dan beresiko tinggi pada saat
mencari serta mendapatkan berita yang sangat tepat dan akurat.
Berbenturan
dengan Premanisme, LSM-LSM, para Body Guard, Petinggi-petinggi penting
yang mencoba membuat Insimidasi, di sinilah mental Wartawan di uji, maju
terus pantang mundur demi publikasi berita untuk masyarakat, atau
mundur teratur yang penting enak tidur. Di sisi lain belum lagi wartawan
di tawari amplop buat tutup mulut untuk membungkus berita agar tidak
mencuat, kalau sudah seperti ini dimana sosial contohnya.
Masyarakat
di Indonesia kini sangat-sangat membutuhkan informasi, maka di butuhkan
banyak wartawan tangguh dan professional yang mampu dan siap memberikan
Informasi tentang berita kehidupan sosial, ekonomi, politik, pembangunan
budaya dan pendidikan. Dan siap memberikan informasi, konfirmasi, dan
investigasi di wilayah desa-desa terpencil di negeri ini.
Seban
masyarakat akan maju membaca serta memperoleh informasi. Akhirnya semua
ini berpulang kepada anda semua mau dan mampukah menjadi Wartawan dan
Insan Pers sesuai tugas serta dorongan dari hati nurani.***
Home »
Bedah Editorial
» Profesionalisme Wartawanpun di Pertaruhkan !!!
Profesionalisme Wartawanpun di Pertaruhkan !!!
Written By Kantor Berita AWDI Pers on Sabtu, 02 Maret 2013 | 16.49
Label:
Bedah Editorial
Posting Komentar