GKI JOMBANG GELAR DISKUSI GEREJA BAGI YANG LIYAN
Aan Anshori tokoh Tebu ireng sedang berceramah di damping Pdt Andreas |
“ Kami menyadari bahwa Gereja hadir bukan untuk dirinya sendiri, tetapi hadir bagi yang liyan ( sesame ) ,” tutur Andreas Kristanto pendeta GKI Jombang. Merayakan ulang tahun GKI Jombang ke 58 tahun ini, GKI Jombang menggelar diskusi theologia ( pemahaman Alkitab), rabo ( 27/05 ) dengan dihadiri 50 Jemaat GKI Jombang dan beberapa rekan lintas iman di Jombang .
Dikusi Theologian berthemakan “ Menjadi Gereja bagi yang liyan “ , Andreas Kristanto menuturkan bahwa problem yang dihadapi Gereja adalah sebenarnya geraja heterofobia ( takut akan yang lain / liyan ), entah bersinggungan dengan sesuatu yang berbeda baik suku, Agama, ras, golongan,bahkan orientasi seksual. Takut akan “ keluasan “ karena lebih senang berada dalam “dunia kita “ yang sempit, awalnya prasangka buruk , stigma negative dan akhirnya membenci keberadaan “ mereka / yang liyan tersebut “.
Menurut Aan Anshori direktur lembaga Interfaith and Cultures Studies ( INFICTUS Jombang ) mengatakan bahwa liyan difokuskan kepada kelompok yang kerap terstigma minor, yakni kumpulan individu dengan identitas gender dan orientasi seksual yang dianggap berbeda dari kenyataan, secara khusus LGBT ( lesbian, Gay, Biseksual dan trasgender .” GKI Jombang berani untuk menyandingkan isu Agama dan isu perbedaan LGBT bukanlah pekerjaan yang mudah, jika tidak kuat, bisa “ tumbang”di tengah jalan,” tegas Aan Anshori . Bagi Aan , ini adalah sebuah terobosan bagaimana gereja terbuka hadir bagi yang liyan, tanpa disadari ini menjadi momentum gereja untuk tidak terjangkiti virus homophobia dan transfobia. “ ujungnya adalah apakah kita yang bukan korban masih punya keberanian untuk memperjuangkan hak hak yang terdiskriminasi, termasuk LGBT, tegas Aan.
Cecez Kamesha yang merupakan penggiat LBGT mengatakan bahwa kami adalah makluk ciptaan Tuhan, sama-sama manusia kami juga butuh kasih sayang dari yang lain , apalagi setiap manusia saling mengasihi , dunia ini menjadi indah, janganlah “ mendegrasi” harkat dan martabat kami sebagai manusia ,” tutur Cecez .
Diskusi theologia ini di tutup dengan doa , supaya umat manusia mempunyai belas kasihan , yang membawa individu memiliki keralaan ,penerimaan dan keterlibatan, kerelaan terkait dengan hati yang tulus untuk berbagi dengan yang liyan. Penerimaan yaitu tindakan menyediakan tempat bagi yang liyan dan keterlibatan yaitu mau mengambil bagian dalam kehidupan yang liyan. Bb.H
Posting Komentar