Home » , » GKI JOMBANG GELAR DISKUSI GEREJA BAGI YANG LIYAN

GKI JOMBANG GELAR DISKUSI GEREJA BAGI YANG LIYAN

Written By Kantor Berita AWDI Pers on Senin, 01 Juni 2015 | 22.12

GKI JOMBANG GELAR DISKUSI GEREJA BAGI YANG LIYAN

Aan Anshori tokoh Tebu ireng sedang berceramah di damping Pdt Andreas
Jombang, AWDI online.com- GKI ( Gereja Kristen Indonesia ) Jombang di tahun 2015 telah mencapai usia 58 tahun, dalam perjalanannya tak lagi muda. GKI Jombang terus mendewasakan diri  dan memiliki misi untuk  menyentuh persoalan persoalan yang berkaitan  dengan isu social kemasyarakatan yaitu pendidikan  ( Sekolah Petra ), kemiskinan dan ketidak  adilan.
“ Kami menyadari bahwa Gereja hadir bukan untuk dirinya sendiri, tetapi hadir  bagi yang liyan ( sesame ) ,” tutur Andreas Kristanto pendeta GKI Jombang. Merayakan ulang tahun  GKI Jombang  ke 58 tahun ini, GKI Jombang menggelar diskusi theologia ( pemahaman Alkitab), rabo  ( 27/05 ) dengan dihadiri 50 Jemaat GKI Jombang  dan beberapa rekan lintas iman di Jombang .
Dikusi Theologian berthemakan “ Menjadi Gereja bagi yang liyan “ , Andreas Kristanto menuturkan bahwa problem  yang dihadapi Gereja adalah sebenarnya geraja heterofobia  ( takut akan yang lain / liyan ), entah bersinggungan  dengan sesuatu yang berbeda  baik suku, Agama, ras, golongan,bahkan orientasi seksual. Takut akan  “ keluasan “ karena lebih senang berada dalam “dunia kita “ yang sempit, awalnya prasangka buruk , stigma negative dan akhirnya membenci keberadaan “ mereka / yang liyan tersebut “.
Menurut Aan Anshori direktur lembaga Interfaith and Cultures Studies ( INFICTUS Jombang ) mengatakan bahwa liyan difokuskan kepada kelompok yang kerap terstigma minor, yakni kumpulan individu dengan identitas gender dan orientasi seksual yang dianggap berbeda dari kenyataan, secara khusus LGBT ( lesbian, Gay, Biseksual  dan trasgender .” GKI Jombang berani untuk menyandingkan isu Agama dan isu perbedaan LGBT bukanlah pekerjaan yang mudah, jika tidak kuat, bisa “ tumbang”di tengah jalan,” tegas Aan Anshori . Bagi Aan , ini adalah sebuah terobosan bagaimana gereja terbuka hadir bagi yang liyan, tanpa disadari ini menjadi  momentum gereja untuk tidak terjangkiti virus homophobia dan transfobia. “ ujungnya adalah apakah kita yang bukan korban masih punya keberanian  untuk memperjuangkan hak hak yang terdiskriminasi, termasuk LGBT, tegas Aan.
Cecez Kamesha yang merupakan penggiat LBGT mengatakan bahwa kami adalah makluk  ciptaan Tuhan, sama-sama manusia  kami juga butuh  kasih sayang  dari yang lain , apalagi setiap manusia saling mengasihi , dunia ini menjadi indah, janganlah  “ mendegrasi” harkat dan martabat  kami sebagai manusia ,” tutur Cecez .
Diskusi theologia ini di tutup dengan doa , supaya umat manusia  mempunyai belas kasihan , yang membawa individu memiliki keralaan ,penerimaan dan keterlibatan, kerelaan terkait dengan hati yang tulus  untuk berbagi dengan yang liyan. Penerimaan yaitu tindakan menyediakan tempat bagi yang liyan dan keterlibatan yaitu mau mengambil bagian dalam kehidupan yang liyan. Bb.H
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Edited By : Abib Visual
Copyright © 2013. Awdi Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger