Mengawali Kunker di Banyuwangi, Kapolda Jatim Tidurdi Lanal Banyuwangi
“Bayar Nadzar Saat Menjabat Kapolres Banyuwangi 14 Tahun Silam”
Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadi (dikalungi bunga) disambut AKBP Bastoni Purnama dan Letkol Wahyudi P. Indrawan saat mengunjungi Lanal Banyuwangi |
"Ini dalam rangka membayar hutang. Dulu ketika menjadi Kapolres Banyuwangi saya pernah berjanji bila menjabat Kapolda Jatim akan tidur di Lanal. Sekarang janji itu terlaksana," tukasnya saat memberikan sambutan singkat.
Selain itu, saat pertama datang ke Bumi Blambangan tahun 2000 silam, perwira tinggi Polri asal Jember ini juga mengawali tugasnya dari Markas TNI AL. Kala itu, Anton Setiadi masih berpangkat ajun komisaris besar polisi (AKBP) dengan posisi sebagai Kapolres Banyuwangi. Itulah kaitan sejarah mengapa kunker kapolda Jatim di Banyuwangi diawali dari sini.
Sesuai prasasti yang tertulis di dinding ruang tunggu utama Mapolres Banyuwangi, nama AKBP Anton Setiadi tertulis setelah AKBP Imam Sujarwo. Itu berarti dia menggantikan AKBP Imam Sujarwo yang lebih dulu menjadi kapolres di ujung timur Pulau Jawa ini.
Dalam catatan prasasti itu pula dijelaskan masa kepemimpinan AKBP Anton Setiadi yang berjalan kurang lebih satu tahun. Periodenya antara tahun 2000-2001. Patut diingat, masa-masa itu adalah era reformasi yang baru bergulir dimana aksi pembalakkan hutan milik Perhutani sangat marak di Tanah Blambangan.
Cerita itu terlontar dari cerita Kabagops Polres Banyuwangi Kompol Sujarwo yang dulu pernah menjadi bawahanya. Aksi pembalakkan liar yang tak terkendali hingga membuat hutan Bumi Minakjinggo gundul mendorong AKBP Anton Setiadi melakukan gebrakkan penegakkan hukum.
“Operasi illegal logging besar-besaran dilakukan menyeluruh dari utara-selatan-barat dan utara. Seratus truk kita libatkan untuk mengangkut hasil pembalakkan. Tapi itu tetap tidak cukup. Banyak kayu yang tidak terangkut saat operasi itu. Sejumlah tempat penampungan kayu (TPK) milik Perhutani sampai over kapasitas menampung kayu hasil pembalakkan,” kenang perwira menengah yang akrab disapa Pak Jarwo.
Langkah penegakkan hukum berskala besar kedua yang dijalankan AKBP Anton Setiadi adalah pengepungan sebuah kampung di wilayah Kecamatan Licin. Operasi tersebut digulirkan menyusul penyerangan warga menggunakan sebilah clurit terhadap salah satu perwira Polres Banyuwangi saat razia.
“Operasi pencarian terhadap pelaku penyeranganpun digelar besar-besaran. Satu persatu rumah warga digeledah. Sampai akhirnya aparat menemukan pelakunya dengan ciri bekas luka di dada akibat terkena peluru karet aparat,” kenang Kompol Sujarwo.
Tak disangka, peristiwa itu telah berlalu 14 tahun. Anton Setiadi yang dulu berpangkat AKBP telah berubah menjadi inspektur jenderal. Jika dulu tanda pangkatnya sebagai kapolres Banyuwangi berupa dua melati di pundak, kini telah berganti dua bintang emas.
Sang bintang itu datang lagi. Tiba dengan jabatan yang jauh lebih tinggi. Namun gayanya tetap tidak berubah. Masih seperti kala memimpin Banyuwangi periode 2000-2001 lalu. Kehadirannya pukul 19.20 WIB disambut Kapolres Banyuwangi AKBP Bastoni Purnama serta jajaran di bawahnya yang mengenakan baju adat Osing hitam-hitam, plus ikat kepala batik.
Tak ketinggalan sang empunya markas, Danlanal Banyuwangi Letkol Wahyu P. Indrawan juga ramah sebagai tuan rumah. Irjen Anton Setiadi selanjutnya mengikuti jamuan makan malam bersama anggota Polri dan TNI AL beserta unsur forpimda lainnya. Semeru 1 bahkan dijadwalkan menginap di Wisma Bahari TNI AL.
Selamat datang Irjen Anton Setiadi. Selamat mengenang masa lalu. Rakyat Jawa Timur khususnya Bumi Blambangan menunggu gebrakan barumu. (HUMAS POLRES / D.J)
Posting Komentar