Home » , » CAP GO MEH 2567 KLENTENG KRIAN BERSAMA GUSDURIAN SIDOARJO

CAP GO MEH 2567 KLENTENG KRIAN BERSAMA GUSDURIAN SIDOARJO

Written By Kantor Berita AWDI Pers on Selasa, 23 Februari 2016 | 21.56

CAP GO MEH 2567 KLENTENG KRIAN BERSAMA GUSDURIAN SIDOARJO

Sidoarjo, AWDI online – Perayaan tahun baru China  2567  yang di selenggarakan Klenteng  Krian Sidoarjo cukup menyedot perhatian masyarakat Krian pasalnya pertunjukan barongsai dan leang leong yang di peragakan di depan gedung Klenteng  terletak di perlimaan arus lalu lintas jalan raya Krian, walau mengganggu arus lalu lintas jalan raya tapi bisa terkendali dan lancar di bawah pengawalan Polantas Polsek Krian Polres Sidoarjo.
Perayaan Cap Go Meh ( Hokkien ) melambangkan hari ke 15 dan hari terahir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama ( Cap = sepuluh, Go = lima, Meh = malam ) berarti masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.
Senin (22/02) suasana Klenteng Krian tidak seperti biasanya, perayaan tahun baru China 2567 di meriahkan oleh berbagai kaum umat lintas  Agama ( GusDurian ) Sidoarjo dan kota sekitar, turut hadir tokok pluralis Pondok Pesantren  Tebuireng Jombang Koordinator GusDurian Jawa Timur Gus Aan Anshori, tokok Agama Kristen GKI Jombang Pdt Andreas Kristanto, Gus KH M Nisam As Shofa  (Pondok  Pesantren  Ahlus Shofa Walwafa, Romo Khatolik , Majelis GKI Krian, Dodik koordinator GusDurian Kabupaten Sidoarjo   dan warga masyarakat sekitar ikut bareng menikmati sajian hidangan makan malam dan menyaksikan perayaan malam tahun baru China 2567  yang di selenggarakan Klenteng Krian.
Dalam acara perayaan tahun baru china tersebut sempat tokoh klenteng Surabaya  meminta Gus KH M Nisam As Shofa membawakan Doa khusus buat tokok pluralis mantan Presiden Republik Indonesia Abdul Rahman Wahid ( Gus Dur )  dan seblumnya beliao memaparkan betapa saat itu di zaman era Orde Baru susahnya kaum minoritas melaksanakan perayaan hari hari besar Agama dan kegiatan umat Tionghoa di Indonesia. Setelah di bawah kepemimpinan Presiden Abdul Rahman Wahid kebebasan melaksanakan ibadah dan perayaan budaya Tionghoa mulai di rasakan  kebebasannya beribadah, juaga dalam penyampaiannya tokoh ini menyampaikan bahwa barongsai miliknya juga pernah di peragakan di mesjid Agung Surabaya harapannya juga bisa di peragakan di Pondok Pesantren di bawah pimpinan Gus KH M Nisam As Shofa Pondok Pesantren Ahlus Shofa Walwafa di Wonoayu Sidoarjo, hal ini di setujui oleh beliao Gus KH M Nisan As Shofa berjani suatu saat akan di undang untuk berkegiatan lintas umat beragama di Pondok Pesantrennya.
Setelah berbagai sambutan dari tokoh tokoh umat beragama dan berbagai acara perayaan dengan berbagai hiburan lagu Tionghoa dan tarian Tionghoa tiba saatnya acara penutup diadakan acara berbagi angpao oleh dewa pembagi rejeki di podium serta foto bareng dari berbagai tokoh umat beragama dan tokoh masyarakat setempat. Bb H.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Edited By : Abib Visual
Copyright © 2013. Awdi Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger